Cara Kaya dengan Aman

Posted by RickyJanuar | Posted in | Posted on 14.43

1

Terus Belajar dan Open Minded
Dunia berubah dengan sangat cepat, clan banyak hal diganti oleh sesuatu yang samasekali baru. Sekadar ilustrasi, teknologi video tape yang dikembangkan hampir 100 tahun sempat merajai pasar selama beberapa tahun, tetapi begitu keluar teknologi VCD dalam empat tahun video tape punah. Pager sempat merajalela sebelum tahun 1990, tetapi sekarang sudah punah. Perubahan pemerintahan yang diikuti oleh perubahan peraturan pemerintah, perubahan struktur sosial, perubahan tren, perubahan teknologi, perubahan peta
persaingan, banyak menghilangkan bisnis tertentu. Karyawan kena imbas yang parah. Ratusan ribu jenis pekerjaan lebih mengandalkan mesin, komputer dan teknologi daripada keterampilan otak dan tangan manusia, sehingga semakin banyak bidang usaha yang semakin sedikit memerlukan tenaga manusia. Akibatnya banyak orang tidak bisa bekerja dan menjadi pengangguran. Perubahan ini menegaskan suatu keadaan yang menakutkan: tidak ada pekerjaan yang aman.

Di tengah arus perubahan besar seperti itu, untuk dapat bertahan hidup saja diperlukan upaya keras untuk selalu belajar dan memiliki pikiran terbuka (open minded), apalagi untuk kaya raya dan berjaya. Untuk itu, kita lebih banyak dituntut untuk terus belajar dan membuka pikiran terhadap apa yang terjadi di dunia. Kita dituntut untuk belajar dari yang terbaik di dunia. Dan ketika zaman berubah, kita harus terus belajar agar mampu berubah, mengikuti atau bahkan memimpin kemajuan zaman.

Untuk itu, ada beberapa cara belajar: Pertama, belajar dari pengalaman. Belajar dari pengalaman adalah proses belajar yang paling berkesan. Kita akan jauh lebih ingat kalau kita mengalami.

Kedua, belajar melalui proses menganalisis, berpikir dan menyimpulkan. Kalau hanya mengandalkan pengalaman, orang tidak akan pernah sampai ke bulan. Untuk sesuatu yang sama sekali baru, diperlukan proses lain. Dalam hal yang sama sekali baru ini, proses berpikir dimulai dengan membandingkan sesuatu hal yang kita terima dengan panca indera kita dengan sesuatu yang sudah ada di otak kita. Kemudian proses kedua kita akan bertanya apa artinya hal ini. Kemudian otak akan menyimpulkan apa yang akan dilakukan.

Ketiga, belajar secara langsung dari mentor atau pembimbing. Ini adalah cara yang paling cepat dan paling mudah. Saran saya:
 80% waktu belajar kita harus kita pakai untuk belajar dari orang yang terbaik di bidang yang hendak kita pelajari, baik melalui seminar, workshop, bimbingan secara formal, atau informal, secara pertemanan.
 20% waktu yang kita alokasikan untuk belajar kita pakai untuk belajar dari siapa pun termasuk dari orang yang gagal.
 80% waktu yang kita alokasikan untuk belajar harus kita pakai untuk mempelajari bidang di mana kita ingin sukses. (Bayangkan, bila kita belajar setiap hari 2 jam mengenai sebuah bidang dalam waktu 2 tahun, kita akan menjadi master dalam bidang tersebut, dan dalam 5 tahun kita akan menjadi ahli setingkat doktor dalam bidang tersebut).
 20% waktu yang kita alokasikan untuk belajar harus kita pakai untuk mempelajari bidang apa pun, termasuk bidang yang tidak kita sukai, untuk membuka pikiran kita.

Cara keempat, belajar secara tidak langsung dari buku, kaset, internet, dan lain sebagainya. Ini adalah cara belajar yang membuat kita mendapatkan paling banyak. Pengarang buku yang bermutu rata-rata sudah berumur antara 30-50 tahun waktu menulis bukunya. Waktu menulis, pengalamannya yang sudah sekian puluh tahun itu ikut mewarnai tulisannya. Misal kita anggap rata-rata orang mengarang buku berumur 35 tahun. Itu berarti bahwa satu buku senilai dengan 35 tahun pengalaman orang. Ketika saya membaca 1000 buku, pemelajaran saya setara dengan nilai 35.000 tahun pengalaman orang.

Setiap orang memiliki gaya belajar sendiri yang paling efektif. Kita sudah mendengar berkali-kali, bahwa pikiran itu ibarat parasut. Dia akan berguna bagi kita kalau terbuka. Buka pikiran Anda dengan mendengarkan pengalaman orang sukses yang bisa Anda peroleh dengan cara ikut seminar, mendengarkan rekamannya, membaca buku-bukunya, clan bergaul dengan mereka. Dan apabila kita ingin belajar sampai ahli terhadap sesuatu bidang gunakan jurus:
 Belajar dari yang terbaik
 Larut sepenuhnya
 Lakukan pengulangan dengan ada jeda

Membangun Peternakan Uang
Yang dimaksudkan peternakan uang adalah investasi yang hasilnya cukup untuk membiayai gaya hidup kita. Investasi ini bisa berupa bisnis yang menghasilkan dengan atau tanpa kita. Juga bisa berupa royalti atas hak cipta, rumah yang dikontrakkan atau disewakan sebagai tempat kos, saham-saham yang menghasilkan dividen, reksa dana, rumah walet, clan lain sebagainya.
Ada 3 prinsip untuk membangun peternakan uang: 0 Menunda kesenangan
 Alokasi Aset
 Alokasi kesenangan

1) Menunda Kesenangan

Fakultas psikologi di sebuah universitas top di luar negeri mengadakan penelitian sebagai berikut. Mereka mengumpulkan anak-anak umur 5-6 tahun di dalam sebuah ruangan dan memberi permen coklat dl hadapan mereka. Mereka diberitahu bahwa boleh langsung makan permen itu atau menunggu 30 menit. Siapa pun yang mau menunggu 30 menit akan diberi 2 permen coklat. Hasil pene\\tvan menunjukkan babwa ada yang mau menunggu, tapv ada pu\a yarg tidak mau menunggu. Menarik bahwa ternyata mereka yang mau menunggu itu tidak terus bengong menatap permen coklat yang ditaruh di depan mereka, tetapi asyik bermain sambil menunggu. Jadi mereka juga menikmati ketika menunggu.

Yang lebih menarik lagi, ketika penelitian dilanjutkan sampai 30 tahun ke¬mudian ternyata anak-anak yang mampu menunda kesenangan tersebut mendapatkan nilai yang lebih baik di sekolah, menjadi karyawan yang lebih baik, atau menjadi pengusaha yang lebih sukses dibanding teman-teman mereka yang tidak mampu menunda kesenangan.

Banyak orang yang ingin tampak kaya, tapi mereka tidak kaya sungguhan. Begitu penghasilan bertambah besar, mereka menyicil barang-barang konsumtif seperti rurnah can mobil. Mestinya lebih baik kita berfokus untuk membuat peternakan uang dahulu, baru kemudian membeli barang-barang konsumtif atau barang mewah.

Prinsip menunda kesenangan ini kita bisa lakukan dengan 3 hal: pertama, menunggu sampai kita mempunyai passive income yang cukup untuk mem¬bayar atau menyicil barang-barang konsumtif kita. Kedua, menunggu sampai kita mempunyai uang minimal 10 kali lebih besar daripada harga barang mewah yang kita inginkan, dan baru kemudian kita membeli barang mewah tersebut. Ketiga, menurunkan kesenangan. Misal, kita mampu membeli BMW seri 7 tapi kita beli BMW seri 5.


2) Alokasi Aset

Untuk membangun peternakan uang, kita bisa melakukannya dengan mengikuti sistem alokasi aset kita. Caranya adalah:
 Sediakan sekian persen dari pendapatan atau income kita, dan masukkan uang tersebut ke dalam investasi yang aman. Ciri-ciri investasi yang aman adalah kurang lebih bunga atau hasil investasi itu dl bawah 15%, dan tingkat keberhasilannya bisa diperkirakan 95% pasti hasil.
 Sediakan sekian persen dari pendapatan atau income kita, dan masukkan uang tersebut ke dalarn cadangan minimal 5-6 bulan biaya hidup (atau untuk melunasi utang bila ada). Setelah mencapai 5-6 bulan biaya hidup, gunakan sekian persen dari pendapatan atau income kita, dan masukkan uang tersebut ke dalam investasi yang tumbuh. Ciri-cm investasi yang tumbuh adalah kurang lebih bunga atau hasilnya tumbuh 15% - 100% per tahun.
 Sisanya silahkan dihabiskan.

Besarnya persentase dalam alokasi aset tersebut tergantung pada beberapa hal, yaitu
 besarnya pendapatan atau income
 besarnya pengeluaran
 besarnya tekad untuk cepat-cepat merdeka secara keuangan.

Semakfn besar tekad kita untuk secepatnya merdeka secara keuangan, kita akan semakin menekan pengeluaran, menaikkan income, dan menginvestasikan selisihnya ke dalam investasi yang aman dan investasi yang tumbuh.

Untuk segera mewujudkan peternakan uang Anda, saran saya adalah sebagai berikut: berapa pun penghasilan Anda,
 minimal 10% disisihkan lalu diinvestasikan dalam investasi yang aman.
 minimal 20% disisihkan, dijadikan cadangan 5-6 bulan biaya hidup, atau diinvestasikan dalam investasi yang bertumbuh.
 maksimal 70% dihabiskan untuk memenu

KENAPA BANYAK ORANG TIDAK KAYA

Posted by RickyJanuar | Posted in | Posted on 03.03

0

Ada banyak hal yang menyebabkan orang tidak kaya. Teliti diri Anda dan temukan, faktor mana yang berlaku bagi Anda, dan mulailah mengubah diri. Berikut adalah hal-hal tersebut.

Keyakinan yang Salah atau Saling Bertabrakan

Faktor pertama yang bisa menjelaskan kenapa orang tidak kaya adalah keyakinan yang salah mengenai kekayaan, atau keyakinan yang saling bertabrakan antara positif dan negatif.

Otak manusia secara mendasar hanya mencari kenikmatan dan menghindari kesengsaraan. Apabila sesuatu hal dikaitkan dengan kesengsaraan, kita cenderung akan menjauhinya. Apabila sesuatu hal dikaitkan dengan kenikmatan, kita akan cenderung mendekatinya. Apabila mengenai hal yang sama terdapat campur baur keyakinan, dan kita mengait­kannya sekaligus dengan kenikmatan dan kesengsaraan, otak kita jadi bingung atau netral.

Keyakinan itu bisa diibaratkan seperti magnet. Bila keyakinan positif bercampur baur dengan keyakinan negatif terhadap suatu hal, tak ada lagi "kutub positif" dan "kutub negatif" terhadap sesuatu hal, lalu pikiran kita jadi bingung atau jadi netral seperti besi biasa. Ketika kita yakin bulat bahwa "kaya" itu positif, sementara "miskin" adalah negatif, kutubnya menjadi jelas dan kita akan menjadi "magnet".

Pada kenyataannya, banyak orang tidak pernah menyusun keyakinannya secara sadar dari lahir sampai mati. Bila kita tidak menyusun sendiri secara sadar keyakinan yang kita perlukan untuk menjadi kaya, tanpa sadar kita akan terjajah oleh kata-kata seperti

"Uang adalah akar dari segala kejahatan". Akibatnya, tanpa sadar pula kita tidak hendak menjadi kaya karena kita tidak ingin menjadi jahat.

Sekadar salah satu contoh. Saya mempunyai teman konglomerat yang mempunyai rumah begitu indah, begitu besar, di satu pulau buatan di tengah danau, di sebuah lapangan golf. Di sana ada landasan helikopter; ada kolam renang; ada kolam ikan, lapangan parkir lebih dari 30 mobil; dan ada ruang pertemuan yang cukup untuk 100 orang. Saya juga punya satu teman lain yang sangat ingin melihat rumah tadi. Untuk melihat rumah tersebut tidak mudah, karena untuk masuk ke komplek perumahan tersebut kita harus me­lewati 3 satpam... maksud saya 3 gerombolan satpam. Ketika teman itu saya ajak berkunjung ke rumah tersebut, saya bertanya, "Bagaimana? Bagus nggak?"

Jawabannya sungguh mengejutkan, "Saya tidak suka punya rumah segini besar! Bersihinnya susah!"

Saya berkata dalam hati, "Aduh Pak... Kalau punya rumah segini besar tidak perlu bersihin sendiri!"

Saya tahu keyakinan ini timbul karena selama ini teman saya membersihkan rumah sendiri, sehingga begitu melihat rumah besar langsung stres karena terbayang betapa sulitnya membersihkannya.

Apabila seseorang punya keyakinan seperti itu ("susah membersihin besar"), orang tersebut akan sulit sekali mempunyai rumah yang walaupun dia mempunyai banyak uang untuk mewujudkannya.

Untuk menjadi kaya kita membutuhkan keyakinan yang kongruen bulat bahwa kaya itu baik adanya.

Tujuan Tidak Jelas

Alasan kedua kenapa kita tidak kaya adalah karena kita tidak pernah menentukan tujuan atau tujuan kita terus berubah, sehingga tujuan kita tidak jelas.

Adalah sangat penting bahwa kita menentukan tujuan. Tanpa tujuan, gerak kita sama sekali tanpa arah. Coba bayangkan Anda keluar dari rumah Anda, lalu memberhentikan taksi yang lewat. Begitu Anda naik taksi, Anda tentu akan ditanya oleh supir, "Ke mana?" Coba jawab dengan: "Terserah!"

Ada beberapa kemungkinan. Kemungkinan pertama, supir taksinya marah, dan Anda diminta turun. Kemungkinan kedua, supirnya kasihan melihat Anda, dan Anda diantar ke Rumah Sakit Jiwa. Kemungkinan ketiga, supirnya akan bertanya "Terserah saya?", "Bapak/Ibu punya uang berapa?" Andaikan saja Anda mengatakan bahwa Anda punya uang Rp 100.000,- maka supir taksi tadi akan berputar-putar sampai argonya pas Rp 100.000,- lalu dia akan menghentikan taksinya. Ada dua kemungkinan tempat berhentinya: pertama, kita dikembalikan di depan rumah kita, atau dia akan berhenti di sembarang tempat, yang bisa 98% dipastikan bahwa tempat tersebut tidak Anda suka.

Nah kalau kita tidak menentukan tujuan dalam hidup ini, kita seperti naik taksi tanpa tujuan. Waktu habis; uang habis; pikiran terbuang;tenaga terbuang; dan yang lebih parah lagi, kita tidak sampai ke mana-mana, tetap di tempat atau sampai ke tempat yang tidak kita suka.

Kita juga akan kesulitan mengejar tujuan kita, bila tujuan kita berubah terus. Banyak orang secara tidak sadar atau secara sadar mengganti terus targetnya sebelum targetnya tercapai. Sebentar ingin menjadl pengacara andal; sebentar ingin menjadi bankir sukses; sebentar ingin jadi pengusaha restoran yang laris. Kalau semua keinginan itu hanya sebentar dan sudah diganti sebelum tercapai, kita tidak akan mencapai apa yang kita inginkan.

Menganggap Tujuannya Mustahil

Sungguh memprihatinkan bahwa sangat sedikit orang yang berani menetapkan tujuan. Lebih memprihatinkan lagi kenyataan bahwa banyak di antara orang yang sedikit itu juga merasa bahwa tujuannya mustahil. Boleh orang lain menganggap tujuan kita mustahil, namun bila kita sendiri sudah mempunyai pendapat bahwa tujuan itu mustahil, hilang sudah kemungkinan untuk bisa tercapai tujuan tersebut. Ketika orang menganggap tujuannya mustahil dia tidak akan melakukan apa pun untuk mengejar tujuannya. Dengan demikian hasilnya nol. Kalaupun dia melakukan tindakan tertentu untuk mendekati tujuan itu, karena dia merasa bahwa apa yang dla lakukan talk akan mencapai tujuan, tindakannya pun akan asal-asalan. Dia akan malas-malasan, ragu-ragu, tidak serius, penuh ketidaksungguhan, tidak bertenaga, tidak

fokus. Dengan demikian, sudah jelas, hasilnya pun tidak akan memuaskan. Manusia cenderung melakukan

sesuatu sesuai dengan ke¬yakinannya. Ketika keyakinannya mengatakan bahwa tujuannya adalah mustahil, tindakannya akan loyo. Bila hasilnya jelek, dia akan semakin percaya bahwa tujuannya mustahil.

Tidak Merasa Harus

Bila kita menentukan tujuan, tetapi tidak merasa harus, tidak akan ada dorongan kuat untuk mencapainya. Walaupun kita mampu mencapai tujuan tersebut, kita tidak termotivasi untuk mencapainya, karena kita tidak merasakannya sebagai suatu keharusan

Kalau kita tidak merasakannya sebagai suatu keharusan clan dalam diri sendiri, rintangan kecil saja sudah cukup untuk menggagalkan upaya kita untuk mencapai tujuan tersebut. Sebagai contoh, walaupun kita sudah menentukan tujuan bahwa mobil kita di tahun depan adalah Mercedes Benz, kalau kita tidak merasakannya sebagai suatu keharusan, tidak mustahil bahwa setahun begitu saja berlalu dan kita tidak membeli mobil itu, walaupun kita punya cukup uang untuk membelinya.

Tak Punya Strategi yang Terbukti Berhasil

Walaupun kita sudah mempunyai keyakinan yang tepat, tujuan atau goal yang tepat, dan merasa harus, tetapi kalau strateginya salah, tetap saja kita tidak akan mencapai tujuan kita.

Misalnya, kita sudah mempunyai tujuan yang jelas untuk melihat matahari terbit dan mempunyai alasan yang kuat, sampai-sampai kita bertahan untuk tidak tidur begitu kita terjaga pada jam empat pagi, tetapi bila kita berjalan dan melihat ke arah barat terus, kita tidak akan melihat matahari terbit, kecuali bila kita terpeleset dan terbalik ke arah timur, ke arah matahari terbit.

Tidak Mengetahui Jalur yang Alamiah atau Paling Mudah untuk Mencapai Tujuan

Seperti mur dan baut, kalau murnya terlalu besar, baut yang masuk pun tidak berguna. Sedang kalau murnya terlalu kecil, usaha sekeras apa pun terasa sia¬sia. Memang kita bisa memaksakan baut yang terlalu kecil masuk ke dalam mur, tapi untuk itu dibutuhkan usaha yang lebih keras dan sering kali kita tidak menikmati proses maupun hasilnya.

Tidak Punya Rencana yang Realistik

Ketika kita menentukan tujuan apa pun, tanpa rencana yang realistik kita akan kesulitan menjalankan rencana ini, dan akan kesulitan mencapai tujuan tersebut.

Tidak Melakukan Tindakan Sesuai dengan Rencana

Kesalahan berikutnya kenapa orang tidak menjadi kaya adalah bahwa dalam prosesnya sering sekali orang tersebut tergoda untuk keluar dari action plan¬nya. Rencana harus ditekuni. Rencana yang pelaksanaannya justru menja¬uhkan kita dari tujuan tentu harus kita ubah. Tetapi, bila kita tahu bahwa rencana aksi kita mengarah ke pencapaian tujuan, kita harus konsisten melakukan rencana itu untuk mengejar tujuan yang sudah ditetapkan.

Tidak Melakukan Monitor dan Penyelarasan

Alasan berikut kenapa kita tidak mencapai tujuan kita adalah karena kita tidak memonitor prosesnya dan tidak peka terhadap hasil, apakah mengarah ke tujuann atau tidak.

Banyak orang sudah melakukan rencananya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan tetapi tidak pernah mau memonitor dan mengukur. Ada juga orang yang melakukan pengukuran setahun sekali, atau mengkajinya setahun sekali, dan tahu-tahu mereka sudah terlambat.

Meletakkan Tanggung Jawab Kepada Orang Lain

Tiga hal yang biasa terjadi pada seseorang, yaitu: BEJ

q Blame

q Excuse

q Justify

Ketika seseorang mulai blame (menyalahkan) orang lain, menyalahkan faktor ekonomi, menyalahkan situasi, orang ini tidak akan belajar dari kegagalannya, dan orang yang tidak belajar dari kegagalannya adalah orang yang gagal sesungguhnya. Kelemahan yang paling besar dari orang yang menyalahkan segala sesuatu adalah bahwa dia merasa benar dan tidak perlu bertindak lagi.

Ketika seseorang mulai mengajukan excuses (beralasan), seperti mengatakan terlalu muda, terlalu tua, cuma lulusan SMP, tidak berbakat, saya seorang perempuan, saya laki-laki, saya cuma..., saya terlalu ..., saya tidak..., dan lain sebagainya, orang seperti ini tidak akan bertindak sama sekali. Dan bila tidak ada tindakan apa pun, tidak ada hasil apa pun.

Justify atau pembenaran adalah upaya orang untuk menutupi kelemahan atau kemalasannya untuk berubah menjadi lebih baik dengan membenarkan keadaannya, sebagai sesuatu yang sudah sewajarnya. Misal, "Terang saja saya tak berhasil, karena saya tidak punya gelar! Dan sama sekali tak mengherankan kalau Amir selalu mendapat promosi karena dia lulusan luar negeri!"

Ketika melihat orang lain lebih hebat daripada dirinya, orang seperti ini akan melakukan pembenaran tanpa terinspirasi untuk belajar atau menjadi lebih hebat. Kata-kata orang seperti ini khas sekali. Mereka suka menggunakan ungkapan seperti "Terang saja...... "Tidak heran... ", "Sudah tentu... ", "Tentu saja...", "Sudah selayaknya...", "Sudah layak dan sepantasnya...". Bila melihat anak orang kaya, seorang yang suka melakukan justify akan mengatakan, "Tentu saja, anak orang kaya, sekolah di luar negeri, dapat modal banyak, sudah layak dan sepantasnya kalau dia..."

Semua ungkapannya itu sebenarnya disampaikan, atau digumamkan pada dirinya sendiri, dengan maksud untuk membenarkan keadaannya. Dalam contoh di atas, kalau orang seperti itu bergumam "Tentu saja, anak orang kaya, sekolah di luar negeri, dapat modal banyak, sudah layak dan sepantasnya kalau dia...... dia secara tidak langsung juga mau menegakkan sesuatu, yaitu "Nah, saya kan bukan anak orang kaya, bukan lulusan luar negeri, tak punya modal, maka wajar saja kalau saya tidak bisa berhasil..."

Yang menyedihkan ialah bahwa apa pun yang dikatakan oleh orang yang suka BEJ ini ada kebenarannya. Memang benar kalau misalnya orang umur 19 tahun berkata, "Saya baru berumur 19 kok, kan belum punya pengalaman." Benar bahwa dia berumur 19 tahun. Benar bahwa dia belum punya pengalaman. Tapi belum tentu benar bahwa sukses itu mengandaikan pengalaman. Dalam contoh di atas, benar bahwa anak orang kaya yang sukses itu memang sekolah di luar negeri dan mendapat modal banyak. Orang yang suka BEJ memakai kebenaran itu sebagai alasan untuk kemalasan dan keengganannya untuk berubah, sehingga kebenaran-kebenaran ini tidak ada manfaatnya. Satu-satunya manfaat adalah hanya membuat orang tersebut jadi hancur karena tidak belajar dan bertindak untuk menjadi lebih baik.

Mudah Menyerah

Banyak orang mengalami kejadian seperti seseorang yang menggali emas. Mereka menghentikan penggalian emas tersebut 30 cm sebelum cangkulnya kena emas.

Tidak Mengelola Hidup Seperti Bisnis yang Harus Untung

Setiap tahun tidak ada hasil yang bertambah dalam hidupnya. Jadi hidup seperti sia-sia, tidak ada yang dihasilkan. Bila bisnis dalam sekian tahun tidak ada yang surplus, bisnis tersebut akan ditutup. Tidak bisa kita menggunakan alasan bahwa karena biaya operasional memang besar, hasil usaha hanya bisa untuk menutup biaya operasional. Hasil usaha harus lebih besar daripada semua biaya. Nah, demikian juga dalam hidup. Entah sesedikit apa pun hidup kita harus surplus setiap tahun.

Terpengaruh oleh Pesimisme dan Optimisme Orang Lain

Ketika kita terpengaruh oleh orang lain meskipun orang tersebut termasuk dari 5% orang yang menguasai 90% uang yang beredar, kita dalam kondisi kurang menguntungkan, karena kalau kita tidak mempunyai sistem sendiri, mungkin kita akan menang di suatu waktu, namun kita tidak tahu kenapa kita menang. Hal ini akan mengakibatkan optimisme tanpa dasar yang kuat dan akan mengakibatkan kekalahan fatal berikutnya.

Walaupun kurang menguntungkan, masih lebih baik kita terpengaruh oleh 5% orang yang menguasai 90% uang yang beredar. Celaka kita kalau kita terpengaruh optimisme clan pesimisme dari 95% orang rata-rata, karena kita akan menjadi bagian dari orang rata-rata tersebut. Tidak ada kemenangan sama sekali.

Tidak Punya Mentor yang Baik

Bila dalam hidup ini kita harus mencoba sendiri segala hal, kita akan menghabiskan waktu clan energi yang jauh lebih banyak dibanding bila kita bisa belajar dari orang yang sudah sukses di bidang yang kita inginkan. Dan rata-rata orang bertanya kepada 95% orang yang rata-rata, maka hasilnya juga akan rata-rata. Kalau kita ingin sukses, kita harus "bertanya" kepada orang yang di atas rata-rata dan "mendengarkan" nasihat mereka, entah kepada 5% yang terbaik atau kepada 1 % yang paling baik.

Dengan sengaja kata "bertanya" dan "mendengarkan" di sini diberi tanda kutip. Maksudnya, bisa secara langsung maupun tidak langsung dengan mendengarkan rekaman pembicaraannya, membaca tulisannya, mengikuti seminarnya.

When You Believe, You Will Receive

Posted by RickyJanuar | Posted in | Posted on 17.37

1

Sukses. Sebuah kata yang diinginkan hampir setiap manusia di dunia ini. Banyak orang mencari cara, teknik, trik trik, dan rahasia untuk meraih yang namanya kesuksesan. Sebenarnya apakah sukses itu? Seorang pemikir besar bernama Ralph Waldo Emerson berkata :

Success
To laugh often and much; to win the respect of intelligent people and the affection of children; to earn the appreciation of honest critics and endure the betrayal of false friends; to appreciate beauty; to find the best in others; to leave the world a bit better, whether by a healthy child, a garden patch or a redeemed social condition; to know even one life has a breathed easier because you have lived. This is to have succeeded.


Sukses
tertawa lebih banyak dan sering; dihormati oleh orang pandai dan memenangkan cinta anak-anak; meraih penghargaan dari kritik yang jujur dan bertahan dari pengkhianatan sahabat palsu; menghargai keindahan; menemukan yang terbaik dari orang lain; meninggalkan dunia sedikit lebih banyak,dengan seorang anak yang sehat,sepetak taman atau keadaan social yang lebih baik; mengetahui bahkan seseorang dapat bernafas lebih lega karena kamu telah hidup. Inilah yang disebut sukses.
Namun ukuran sukses tiap individu bisa berbeda. Apapun bentuknya ada 1hal yang diperlukan untuk berhasil dalam setiap hal yang dia kerjakan yaitu: Keyakinan.
Kita seringkali berpikir bahwa keyakinan itu sama dengan kepercayaan atau doktrin, tapi pada dasarnya keyakinan adalah prinsip, nilai, iman atau hasrat yang bisa member arti dan arah dalam kehidupan kita member arti dan arah dalam kehidupan kita. Keyakinan itu seperti pemimpin dari otak kita, ketika kita begitu yakin bahwa sesuatu itu benar, keyakinan tersebut memberi perintah pada otak untuk bereaksi terhadap hal yang sedang terjadi saat itu. John Stuart Mill pernah menulis,”seorang denagn keyakinan sama energinya dengan 99 orang yang hanya memiliki minat”. Itulah mengapa keyakinan membuka pintu dari kesuksesan. Keyakinan merupakan kompas dan peta yang akan mengarahkan kita menuju tujuan dan memberi kepastian bahwa kita akan sampai disana. Keyakinan merupakan kompas dan peta yang akan mengarahkan kita menuju tujuan dan member kepastian bahwa kita akan sampai disana. Keyakinan membantu mengeluarkan potensi terbaik yang ada dalam diri kita. Tanpa keyakinan seseorang akan tidak berdaya, ibarat sebuah perahu motor tanpa motor. Dengan arah keyakinan yang kuat kita memiliki kekuatan untuk mengambil tindakan dan menciptakan dunia yang kita inginkan.
Ada 2 hal yang mempengaruhi terbentuknya sebuah keyakinan.
Faktor dari luar
 Lingkungan tempat kita tinggal dan bersosialisasi.
 Peristiwa atau kejadian (bencana alam,kerusuhan,krisis ekonomi,dll)
 Pengetahuan, bisa diperoleh dari sekolah,baca buku, nonton film.

Faktor dari dalam
 Pengalaman masa lalu, apa yang pernah kita alami/peroleh sering kali dipakai menjadi keyakinan dasar apakah sesuatu bisa dilakukan atau tidak.
 Membayangkan sukses/impian sudah terjadi(afirmasi)
Yang menarik disini adalah awal sebuah kesuksesan dimulai dari kesadaran kita bahwa keyakinan itu adalah sebuah pilihan. Jadi kita dapat memilih keyakinan yang mengembangkan atau yang membatasi potensi diri. Kuncinya adalah memiliki keyakinan yang mendukung pengembangan potensi diri kita.
Ada orang bilang sukses adalah pilihan, padahal bagaimana kita memilih keyakinan yang tepat adalah awal dari kesuksesan.